Rasulullah saw menikahinya sesudah wafat Khadijah. Ia adalah seorang janda, bekas isteri Assakran bin Amr Al-Anshari. Hikmah yang terkandung dalam pilihan Rasulullah saw kepadanya, padahal ia lebih tua daripada beliau ialah kerana ia tergolong wanita-wanita mukmin yang berhijrah. Ia ditinggal mati suaminya setelah kembali dari hijrah ke Habasyah yang kedua, sehingga ia hidup seorang diri tanpa ada kerabat yang memberinya nafkah atau menolongnya. Sekiranya ia kembali kepada keluarganya, sesudah suaminya wafat, pasti mereka akan memaksanya kembali ke kekafiran atau bila ia menolak mereka akan menyiksanya dengan siksaan yang kejam untuk mengintimidasinya agar ia meninggalkan Islam. Rasulullah saw memilih untuk menjamin kehidupannya dan mengahwininya. Perbuatan Rasulullah saw itu adalah puncak dari kebajikan serta sebagai pemuliaan kepada Saudah kerana kesungguhan imannya dan keikhlasannya terhadap Allah SWT dan rasulNya.
Seandainya tujuan Rasul memenuhi nafsu –syahwat, seperti yang dikatakan oleh orang-orang orientalis yang suka memalsu kebenaran, sudah tentu beliau akan mencari gadis-gadis perawan sebagai pengganti Saudah yang ketika itu sudah berusia lima puluh lima tahun. Tetapi Rasulullah saw adalah teladan yang ideal tentang kesatrian, kesiapsiagaan untuk menolong dan marwah dan tujuannya dalam mengahwini Saudah, tidak lain melainkan untuk melindunginya dan memeliharanya agar ia tetap berada di bawah pemeliharaan beliau.

0 comments:


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.