Nusaibah si Jago Pedang

Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal yang sama – menghadang bahaya demi melindungi sang pemimpin orang-orang beriman.
Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.”

Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibas-ngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.

Nusaibah adalah satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, “Jangan mengalirkan darah denga sia-sia.”
Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “berikan perisaimu kepada yang berperang.” Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.

Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.”

Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny Qumaiah memukulku.”

Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surge!” Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini.”
Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah s.aw.

Sesungguhnya Nusaibah Binti Ka’ab Al Anshariyah atau lebih dikenal dengan Ummu Umarah adalah merupakan salah satu contoh yang mempunyai keberanian yang kukuh pada setiap saat. Ia merupakan pahlawan wanita yang tidak pernah alpa dalam melaksanakan kewajipan .Semua yang dilakukan itu untuk memperoleh kemuliaan di dunia dan kenikmatan di akhirat.

Dia adalah seorang sahabat wanita yang agung. Dia termasuk salah seorang wanita yang bergabung dengan 70 puluh orang lelaki Ansar yang ingin berbaiat kepada Rasulullah SAW. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu dia bersama dengan suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya Hubaib yang dibunuh oleh Musailamah setelah itu, dan Abdullah perawi hadith wuduk. Sedangkan wanita yang seorang lagi adalah saudaranya.
Ummu Umarah merupakan seorang wanita yang berani, pandai menjaga harga diri, jujur dan rajin. Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah sendiri ketika dia membuat baiat. Baginda bersabda “Janganlah mengalirkan darah dengan sia-sia.”

PAHLAWAN WANITA ANSAR

Ibnu Saad memberikan gambaran yang indah mengenai Ummu Umarah didalam kitabnya Thabaqat seperti berikut:

“Ummu Umarah telah masuk Islam, ia telah menghadiri malam perjanjian Aqabah dan berbaiat kepada Rasulullah SAW. Ia ikut dalam perang Uhud, Perjanjian Hudaybiah, Umrah Qadha, Perang Hunayn, Perang Yamamah dan dia terpotong tangannya dan mendengar beberapa hadith Rasulullah SAW”.
Ummu Umarah menceritakan sendiri pengalamannya ketika Perang Uhud.Sebagaimana diungkap oleh Ibnu Sa’ad katanya:

“Pada permulaan siang, saya pergi ke Uhud dan saya melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat yang berisi air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah SAW yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah SAW, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah SAW dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka”.

Ketika Said bin Ibnu Rabi menanyakan kepadanya tentang luka yang dilihat di belakangnya, bagaimana kisahnya sehingga terjadi yang demikian. Ummu Umarah menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang baginda, ketika para sahabat sudah meninggal Rasulullah SAW. Lalu ia berkata,

“Tunjukkan aku di mana Muhammad, aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup”. Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibnu Qumaiah memukulku”.

Imam Az Zahabi berkata:
“Dia adalah wanita yang utama dan pejuang dari kalangan Ansar, Khazraj, Najjar, Mazin dan sebagai orang Madinah. Saudaranya Abdullah bin Kaab termasuk kelompok para sahabat yang ikut dalam perang Badar . Begitu juga saudaranya Abdurrahman termasuk orang yang suka menangis”.

Al Waqidi berkata:
“Ummu Umarah ikut Perang Uhud bersama suaminya dan dua orang anaknya dari suaminya yang pertama. Ia keluar untuk memberi minum dengan membawa qirbah atau tempat air yan buruk . Ia juga ikut berperang dan mendapat cubaan yang baik sehingga mendapat banyak dua belas luka ditubuhnya”

Imam Az Zahabi meriwayatkan darinya bahwa dia berkata:
“Saya mendengar Rasulullah SAW berkata: ” Sesungguhnya kedudukan Nusaibah pada hari ini adalh lebih baik dari kedudukan fulan dan fulan” .

Ibnu Saad juga meriwayatkan ungkapan Ummu Umarah sendiri sebagai berikut:
“Saya melihat para sahabat sudah jauh jaraknya dari Rasulullah SAW, hingga tinggal kelompik kecil yang tidak sampai 10 orang . Saya beserta kedua anak saya serta suami saya berada di hadapan baginda untuk melindunginya. Baginda melihat saya tidak mempunyai perisai, baginda melihat pula seorang lelaki yang mengundur diri sambil membawa perisai . Kemudian nabi bersabda kepadanya, “Berikanlah perisaimu kepada orang yang sedang berperang”. Ia pun melemparkannya, kemudian saya ambil dan
gunakannya untuk melindungi Rasulullah SAW”.

“Pasukan berkuda itu melakukan berbagai gerakan, seandainya mereka mengganggu baginda nescaya akan kami lawan mereka. Kemudian datanglah seorang yang menunggangi kuda yang hendak memmukul saya. Maka saya gunakan perisai tetapi ia tidak jadi melakukannya dan akhirnya berpaling. Ketika itu saya pukul kaki kudanya dan punggungnya. Lalu Rasulullah SAW memanggil,” Wahai putera Ummu Umarah, bantulah ibumu, bantulah ibumu”. “Kemudian anak saya datang membantu saya sehingga saya dapat membunuhnya.”

Imam AzZahabi meriwayatkan kisah ini melalui ungkapan anak Ummu Umarah yang bernama Abdullah bin Zaid. Katanya,“Pada suatu hari saya terluka dan darahnya tidak mahu berhenti.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Balutlah lukamu,”. Kemudian ibuku datang dengan membawa pembalut dari ikat pinggangnya. Kemudian dibalutnya lukaku sedangkan baginda berdiri lalu baginda bersabda ” Bangunlah dan perangi kaum itu .”Kemudian baginda bertanya, “Siapakah yang mampu berbuat sepertimu wahai Ummu Umarah ?” Kemudian datanglah orang yang memukul anaknya tadi. Rasulullah SAW pun bersabda,
“Inilah orang yang memukul anakmu”,

“Kemudian Ummu Umarah mendekatinya dan memukul betisnya hingga tumbang . Maka Ummu Umarah melihat Rasulullah SAW tersenyum hingga nampak gigi taring baginda sambil banginda bersabda, “Engkau telah menghukumnya wahai Ummu Umarah”,” Kemudian kami pukul lagi dengan pedang sehingga musuh itu mati . Lalu baginda bersabda , “Segala puji kepunyaan ALLAH, yang telah memberi pertolongan kepadamu.”

DOA RASULULLLAH SAW UNTUK UMMU UMARAH DAN ANAKNYA

Imam Az Zahabi meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid bin Ahsim ia berkata, “Saya mengikuti perang Uhud, maka ketika para sahabat meninggalkan Rasulullah SAW, saya dan ibu saya mendekati baginda untuk melindunginya, lalu baginda bertanya, “Mana Ummu Umarah?” Saya menjawab: ” Ya wahai Rasulullah ,” baginda bersabda :” Lemparkanlah”
Saya pun melemparkan sebuah batu kepada seorang lelaki yang sedang menunggang kuda di hadapan mereka, akhirnya batu itu mengenai mata kuda itu. Kemudian kuda tersebut bergoncang , sehingga penunggangnya terjatuh. Kemudian saya tindih orang itu dengan batu dan Rasulullah melihatnya sambil tersenyum.

Baginda juga melihat luka ibuku di belakangnya, baginda bersabda “Ibumu, ibumu balutlah lukanya, Ya Allah jadikan lah mereka sahabat saya di syurga”. Mendengar itu ibuku berkata : “Aku tidak hirau lagi apa yang menimpaku dari urusan dunia ini”.
Itulah Ummu Umarah yang mengibarkan panji-panji Islam . Membela Rasulullah SAW, ia terluka dalam perang Uhud sebanyak 12 tempat di tubuhnya dan kembali ke Madinah dengan luka2 perjuangan tersebut.

Abu Bakar ketika menjadi Khalifah pernah datang menemuinya untuk menanyakan sesuatu. Begitu juga Umar Al-Khattab pernah memperoleh beberapa helai pakaian yang di dalamnya ada yang baru . Maka pakaian yang baru itu dikirim pada Ummu Umarah. Begitulah kehidupan Ummu Umarah melalui hari-hari kehidupan denan penuh perjuangan tehadap Islam, kemudian sentiasa melakukan kewajipan samada masa perang baik waktu damai.
Ummu Umarah juga bersama Rasulullah SAW untuk menunaikan Baitur Ridhwan, satu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan ALLAH.

Setelah Rasulullah SAW wafat munculllah Musailamah Al Kazab yang mengaku menjadi nabi . Maka semua orang memeranginya.Hubaib putera Ummu Umarah diutus oleh baginda ketika baginda masih hidup, untuk menyampaikan surat pada Musailamah .Namun Hubaib ditawannya dan diseksa dengan seksa yang mengerikan, namun Hubaib tetap tabah dan sabar.

Musailamah bertanya kepada Hubaib, ” Apakah engkau mengakui bawaha Rasulullah itu adalah utusan ALLAH ?” Dia menjawab “Benar”.

Musailamah bertanya lagi, ” Apakah engkau mengetahui bahawa saya adalah utusan ALLAH ?”

Hubaib menjawab, “Saya tidak pernah mendengar yang demikian itu,”. Lalu Musailamah memotong-motong tubuh Hubaib sehingga ia meninggal dunia.

Ketika mengetahui bahawa anaknya Hubaib terbunuh, maka Ummu Umarah bernazar tidak akan mandi sehingga ia dapat membunuh Musailamah. Maka dia akan ikut serta anaknya Abdullah dalam perang Yamamah . Ia sangat berharap agar dapat membunuh Musailamah dengan tangannya sendiri . Namun takdir telah menentukan yang membunuh Musailamah bukan Ummu Umarah tetapi anaknya Abdullah yang menuntut bela diatas kematian saudaranya Hubaib .

Al Waqidi menceritakan peristiwa yang dialami oleh Ummu Umarah dalam peperangan ini dengan menyatakan, “Ketika sampai kepadanya berita kematian anaknya di tangan Musailamah al Kazzab, maka ia berjanji kepada ALLAH dan memohon kepadaNya agar ia juga mati di tangan Musailamah atau dia yang membunuh Musailamah”.

Maka dia pun mengkuti perang Yamamah bersama Khalid bin Walid , lalu Musailamah terbunuh dan tangan Ummu Umarah terpotong dalam peperangan tersebut.

Ummu Umarah berkata, “Tangan saya terpotong pada hari peperangan Yamamah, pdahal saya sangat berhajat untuk membunuh Musailamah . Tidak ada yang dapat melarangku sehingga aku dapat melihat anakku Abdullah bin Zaid mengusap pedangnya dengan pakaiannya , lalu aku berkata kepadanya: ” Engkaukah yang membunuhnya ?” Ia menjawab “Ya” . Kemudian aku bersujud kepada Allah kerana bersyukur.

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ummu Umarah dengan rahmat yang luas dan menyambutnya dengan keredhaanNya yang agung.

Fatimah binti Muhammad SAW

Fatimah adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah puteri yang mulia. Dia digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab, hasab dan nasab. Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kultsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau bersabda :"Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." [Ibnul Abdil Barr dalam"Al-Istii'aab"]

Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya berkata :"Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88] Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :"Datang Fatimah kepada Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : "Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung. Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkaulah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawahMu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR. Tirmidzi)

Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW, Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanydengan air, sehingga darah semakin banyak yangk keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan Tirmidzi)

Dalam kancah pertarungan yang dialami ini, tampaklah peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi Muslim masa kini. Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', puteri Nabi SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman tikaman tombak dan pukulan-pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika
Rasulullah SAW menikahkannya (Fatimah), beliau mengirimkannya (unta itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein.

Fatimah selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang penyayang. Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad", Al-Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah, dia selalu berdzikir. Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keutamaan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata : "Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata :"Selamat datang, puteriku."

Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?" Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia RasulAllah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fatimah pun menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali.

Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahuluimu." Fatimah berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata :"Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fatimah berkata :"Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat." Inilah dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu umahnya hingga berdebu bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia berkata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti dan menggiling gandum." Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fatimah menjawab :"Aku datang untuk memberi salam kepadamu." Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya :"Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam. Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda, wahai Rasululllah.

Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku menyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa membantunya guna meringankan bebannya." Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah merasakan kelaparan. Aku tidak punya dirham untuk nafkah mereka, tetapi aku jual hamba sahaya itu dan dirhamnya aku gunakan untuk nafkah mereka." Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala, tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala mereka.

Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda: "Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucapkan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali." Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan :"Anakku ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali." Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata : "Aduh, susahnya Ayah !" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata :"Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."

Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukharidan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Ibnul Jauzi berkata :"Kami tidak mengetahui seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fatimah." Fatimah pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh yang kurus. Dia berkata :"Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?" Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fatimah menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi aurat kalian." [Imam Adz- Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far] Ibnu Abdil Barr berkata :"Fatimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata : Setiap dua teman bertemu tentu akan berpisah dan semua yang di luar kematian adalah sedikit kehilangan satu demi satu adalah bukti bahwa teman itu
tidak kekal.

Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran, mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat lukalukanya, Fatimah langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air dan membasuh mukanya.

Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakanakan kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra', puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat UmmuSulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. dan mengangkut air dalam sebuah qirbah dan bekal untuk memberi makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT. Semoga kita semua, kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia tersebut.
Amin yaa Robbal'aalamiin.

Ruqayyah Binti Muhammad

Rombongan muhajir ke Habasyah membawa 11 orang wanita. Ini berarti bahwa wanita Muslim adalah bagian dari da'wah dan jihad di jalan Allah SWT. Mereka tinggalkan kesenangan hidupyang hanya sebentar, berupa harta, anak dan keluarga serta negeri demi Allah. Mereka tinggalkan tanah airnya yang mahaldan berangkat menuju Habasyah, sebuah negeri yang jauhdengan penduduk yang berlainan bangsa, warna dan suku, demi membela aqidah yang diimaninya. Tatkala fajar da'wah memancar dari Mekkah, maka muhajir pertama bukanlah dua orang laki-laki, tetapi seorang laki-laki dan seorang wanita. Kedua- dua muhajir ini adalah Utsman bin Affan dan isterinya, Ruqayyah binti Muhammad SAW. Ruqayyah lahir sesudah kakaknya, Zainab. Sesudah kedua- dua orang itu, muncullah Ummu Kultsum yang menemani dalam hidupnya setelah Zainab menikah.

Ketika keduanya mendekati usia perkawinan, Abu Thalib meminang mereka berdua untuk kedua putera Abu Lahab. Allah SWT menghendaki perkawinan ini tidak berlangsung lama, kerana melihat sikap Abu Lahab terhadap Islam. Akan tetapi Allah SWT menampilkan Utsman bin Affan kepada puteri yang kedua itu. Maka dia pun menikah dengan Ruqayyah dan hijrah bersamanya ke Habasyah. Ummu Kultsum tetap tinggal bersama ayah dan ibunya menunggu sesuatu yang ditakdirkan baginya. Imam Adz-Dzahabi berkata :"Ruqayyah hijrah ke Habasyah bersama Utsman dua kali. Nabi SAW bersabda :"Sesungguhnya kedua orang itu (Utsman dan Ruqayyah) adalah orang-orang yang pertama hijrah kepada Allah sesudah Luth."[ "Siyar A'laamin Nubala'"; juz 2, halaman 78] Anas bin Malik r.a. berkata : Utsman bin Affan keluar bersama isterinya, Ruqayyah, puteri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar kedua orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata :"Wahai, Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama isterinya." Nabi SAW bertanya :"Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat ?" Wanita itu menjawab :"Dia telah membawa isterinya ke atasseekor keledai yang berjalan pelahan, sementara ia memegang kendalinya. "Maka Rasulullah SAW bersabda :"Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa isterinya, sesudah Luth a.s."

Ruqayyah kembali bersama Utsman ke Mekkah dan mendapati ibunya telah berpulang kepada Ar-Rafiiqil A'laa. Kemudian kaum Muslimin pindah dari Mekkah ke Madinah semuanya. Ruqayyah juga ikut hijrah bersama suaminya, Utsman, sehingga dia menjadi wanita yang hijrah dua kali. Penyebab hijrah ke Habasyah adalah takut fitnah dan menyelamatkan agama mereka menuju Allah. Bukan menyebarkan agama Islam, karena negeri Habasyah pada waktu itu menganut agama Masehi dan agama Masehi di sana tidak akan menerima agama baru yang menyainginya, meskipun Habasyah diperintah oleh raja yang tidak menganiaya seseorang. Hijrah ke Habasyah merupakan bagian dari peralihan dan kelanjutan perjuangan, kerana hasil yang diharapkan oleh kaum muhajirin dari hijrah mereka ke Habasyah adalah menyelamatkan agamanya ke negeri yang memberi ketenangan bagi mereka di sana. Di negeri itu mereka tidak mengalami kekerasan dan gangguan, sampai ketika saudara-saudara mereka di Mekah ditakdirkan binasa hingga orang terakhir,membawa panji da'wah sebagai penerus.

Adapun hijrah ke Madinah, maka penyelamatan agama adalah salah satu sebabnya, tetapi bukan penyebab utama. Penyebab utamanya adalah perubahan dan kelanjutan perjuangan di mana para muhajirin dapat mendirikan sebuah tanah air tempat hijrah mereka. Selama 13 tahun Islam merupakan agama tanpa tanah air dan rakyat tanpa negara. Hijrah yang merupakan tahap kedua di antara tahap-tahap da'wah adalah tahap perjuanganyang paling rumit. Kebebasan dari kehinaan dan perjuangan menujukemuliaan. Kebebasan dari kesempitan dan perjuangan menuju kelapangan. Kebebasan dari kelumpuhan dan perjuangan menuju keaktifan. Kebebasan dari kelemahan dan perjuangan menuju kekuatan. Dan kebebasan dari ikatan-ikatan bicara dan perjuangan menuju kebebasan berbicara. Ruqayyah kembali kepada Tuhannya setelah menderita sakit demam. Kemudian Rasulullah SAW mengawinkan Utsman dengan Ummu Kultsum. Semoga Allah SWT merahmati Ruqayyah yang hijrah dua kali dan Utsman yang mempunyai dua cahaya, dan semoga Allah SWT membalas keduanya atas jihad dan kesabarannya dengan sebaik-baik balasan. Amiin yaa
Robbal'aalamiin.

Zainab Binti Muhammad

Zainab adalah putri tertua Rasulullah SAW telah menikahkannya dengan sepupu beliau iaitu Abul ‘Ash bin Rabi’ sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, atau ketika Islam belum tersebar di tengah- tengah mereka. Ibu Abul ‘Ash adalah Halal binti Khuwailid, bibi Zainab bagi pihak ibu. Dadi pernikahannya dengan Abul ‘Ash mereka mempunyai dua orang anak, Ali dan Umamah. Ali meninggal ketika masih kanak- kanak dan Umamah meningkat dewasa dan kemudian menikahi dengan Ali bin Abi Thalib r.a setelah wafatnya Fatimah r.a.

Setelah berumah tangga Zainab tinggal bersama Abul ‘Ash bin Rabi’ suaminya. Hingga pasa suatu ketika suaminya pergi bekerja, Zainab mengunjungi ibunya. Dia mendapati keluarganya telah mendapat satu kurnia yang mana ayahnya Muhammad SAW telah diangkat menjadi Nabi akhir zaman. Zainab mendengarkan keterangan tentang Islam dari ibunya Khadijah r.a. Keterangan tersebut membuatkan hatinya lembut dan menerima hidayah Islam. Dan keislamannya ini dipegang dengan teguh walaupun dia belum menerangkan kepada suaminya, Abul ‘Ash.

Sedangkan Abul ‘Ash bin Rabi’ adalah termasuk orang- orang yang musyrik yang menyembah berhala. Pekerjaan sehari- harinya adalah berdagang. Dia sering meninggalkan Zainab untuk keperluan Daganganya. Dia telah mendengar pengakuan Muhammad SAW sebagai Nabi SAW, namun dia tidak mengetahui bahawa isterinya telah memeluk Islam pada tahun ke 6 hijrah Nabi SAW ke Madinah.

Abu ‘Ash bin Rabi’ pergi ke Syria beserta kafilah- kafilah Quraisy untuk berdagang. Ketika Rasulullah SAW mendengan tentang berita ini, beliau mengirimkan Zaid bin Haritsah r.a bersama 313 pasukan muslimin untuk menyerang kafilah Quraisy ini. Mereka menghalang kafilah ini di Badar pada bulan Jamadil Awal. Mereka menangkap kafilah- kafilah ini termasuklah Abu ‘Ash bin Rabi’ dan barang- barang yang dibawanya. Ketika penduduk Makah datang untuk menebus para tawanan, maka saudara laki- laki Abu ‘Ash iaitu Amr bin Rabi’ telah datang untuk menebus dirinya. Ketika itu Zainab isteri Abu ‘Ash masih tinggal di Mekah. Dia pun telah mendengar berita serangan Kaum Muslimin menyerang kafilah- kafilah Quraisy termasuk berita tertawannya Abul ‘Ash.

Berita ini sangat menyedihkannya lalu dia mengirimkan kalungnya yang diperbuat daripada batu onyx Zafar hadiah daripada ibunya, Khadijah bin Khuwailid r.a. Zafar adalah sebuah gunung di Yaman. Khadijah binti Khuwailid memberikan kalung itu ketika Zainab akan menikahi Abu ‘Ash bin Rabi’. Dan kali ini Zainab mengirimkan kalung itu sebagai tebusan atas suaminya. Kalung itu sampai ke tangan Rasulullah SAW, melihat kalung itu beliau segera mengenalinya. Dan kalung itu mengingatkan beliau kepada isteri yang sangat disayanginya, Khadijah. Beliau berkata, “seorang mukmin adalah penolong orang mukmin yang lainnya. Setidaknya mereka memberikan perlindungan. Kita lindungi orang yang dlindungi oleh Zainab. Jika kalian bisa mencari jalan untuk membebaskan Abul ‘Ash bin Rabi’ kepada Zainab dan mengembalikan kalung itu kepadanya maka lakukanlah”. Mereka menjawab, “Baik ya Rasulullah SAW”. Maka dengan segera mereka membebaskan Abu ‘Ash dan mengembalikan kalung itu kepada Zainab.
Kemudian Rasulullah SAW menyuruh Abu ‘Ash agar berjanji untuk membiarkan Zainab bergabung bersama Rasulullah SAW. Dia pun berjanji dan memenuhi janjinya itu. Ketika Rasulullah SAW pulang ke rumahnya, Zainab datang menemuinya dan meminta untuk mengembalikan Abul ‘Ash apa yang pernah diambil daripadanya. Beliau mengabulkannya. Pada kesempatan itu, beliau melarang Zainab agar tidak mendatangi Abu ‘Ash kerana dia tidak halal lagi bagi Zainab selama dia masih kafir. Lalu Abul ‘Ash kembali ke Mekah dan menyelesaikan semua kewajibannya. Kemudian dia memasuki Islam dan kembali kepada Rasulullah SAW sebagai seorang muslim. Dia berhijrah pada bulan Muharram, 7 Hijriyah. Maka Rasulullah pun megembalikan Zainab kepadanya, berdasarkan pernikahannya yang pertama.

Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Rasulullah SAW sangat sedih atas kepergiannya. Zainab meninggal dunia setelah meninggalkan kenangan terbaik. Dia telah menjadicontoh terbaik dalam hal kesetiaan isteri, keikhlasan cinta dan kebenaran iman.
Orang- orang yang memandikan jenazahnya ketika itu, antaranya ialah Ummu Aiman, Saudah binti Zam’ah, Ummu Athiyah dan Ummu Salamah r.a. Rasulullah SAW telah berpesan kepada mereka yang akan memandikan jenazahnya ketika itu, ‘Basuhlah dia dalam jumlah yang ganjil, 3 atau 5 kali atau lebih jika kalian merasa lebih baik begitu. Mulalah dari sisi kanan dan anggota- anggota wuduk. Mandikan dia dengan air dan bunga. Bubuhi sedikit kapur barus pada siraman yang terakhir. Jika kalian sudah selesai beritahukanlah kepadaku.’ Ketika itu rambut jenazah dikepang menjadi tiga kepangan, di samping dan di depan lau dibelakangkan. Setelah selesai memandikan jenazah, Ummu Athiyah memberitahukan kepada Rasulullah SAW lalu beliau memberikan selimutnya dan berkata. ‘kafanilah dia dengan kain ini.

Asma` binti Yazid bin Sakan

Beliau adalah Asma` binti Yazid bin Sakan bin Rafi` bin Imri`il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris al-Anshariyysh, al-Ausiyyah al-Asyhaliyah.
Beliau adalah seorang ahli hadis yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki kecerdasan, dien yang bagus dan ahli argumen, sehingga beliau menjuluki sebagai “juru bicara wanita”.

Diantara keistimewaan yang dimiliki oleh Asma` adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta kehalusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus dari madrasah nubuwwah yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa hina, tidak mau
dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang wanita yang pemberani, tegar dan mujahidah. Beliau menjadi contoh yang baik dalam banyak medan peperangan.
Asma` mendatangi Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pada tahun pertama hijrah dan beliau belum berbai`at kepadanya dengan bai`at Islam. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam membai`at para wanita dengan ayat yang tersebut dalam surat al-Mumtahanah. iaitu firman Allah swt: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akn membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q,.s. al-Mumtahanah:12).

Bai`at dari Asma` binti Yazid adalah untuk jujur dan ikhlas, sebagaimana yang disebutkan riwayatnya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma` mengenakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi SAW bersabda : “Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma`, tidakkah kamu takut jika Allah mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari api neraka?”
Maka segerahlah beliau tanpa ragu-ragu dan tanpa komentar untuk mengikuti perintah Rasululah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, maka beliau melepaskannya dan meletakkannya di depan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Setelah itu Asma` aktif untuk mendengar hadist Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang mulia dan beliau bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan ia faham dalam urusan dien. Beliau pulalah yang bertanya kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang tata cara thaharah bagi wanita yang selesai haidh. Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu menanyakan sesuatu yang haq. Oleh kerana itulah Ibnu Abdil Barr berkata: “Beliau adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus diennya”.

Beliau dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang persoalan –persoalan yang mereka hadapi. Pada suatu ketika Asma` mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan bertanya : “Wahai Rasulullah , sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslmah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta`ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan membai`atmu. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan solat jum`at, mengantar jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda : “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”. Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!” Kmudian Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kembalilah wahai Asma` dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang diantara mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang ia disetujuinya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki”.

Maka kembalilah Asma` sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa disabdakan Rasuslullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Dalam dada Asma` terbetik keinginan yang kuat untuk ikut andil dalam berjihad, hanya saja kondisi ketika itu tidak memungkinkan untuk merealisasikannya. Akan tetapi setelah tahun 13 Hijriyah setelah wafatnya Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam hingga perang Yarmuk beliau menyertainya dengan gagah berani.

Pada perang Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil dengan bagian yang banyak untuk berjihad sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa an-Nihâyah, beliau membicarakan tentang perjuangan mujahidin mukminin. Beliau berkata: “Mereka berperang dengan perang besar-besaran hingga para wanita turut berperang di belakang mereka dengan gagah berani”.
Dalam bagian lain beliau berkata: “Para wanita menghadang mujahidin yang lari dari berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan batu.” Adapun Khaulah binti Tsa`labah berkata: “Wahai kalian yang lari dari wanita yang bertakwa .Tidak akan kalian lihat tawanan.Tidak pula perlindungan.Tidak juga keridhaan”

Beliau juga berkata dalam bagian lain: “Pada hari itu kaum muslimah berperang dan berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan tetapi mereka memukul kaum muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga mereka kembali untuk berperang”.
Dalam perang yang besar ini, Asma binti Yazid menyertai kaum muslumin bersama wanita mukminat yang lain berada di belakang para Mujahidin mencurahkan segala kemampuan dengan membantu mempersiapkan senjata, memberikan minum bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka diantara mereka serta memompa semangat juang kaum muslimin.
Akan tetapi manakala berkecamuknya perang, manakala suasana panas membara dan mata menjadi merah, ketika itu Asma` lupa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beliau hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah, mukminah dan mampu berjihad dengan mencurahkan dengan segenap kemampuan dan kesungguhannya. Hanya beliau tidak mendapatkan apa-apa yang di depannya melainkan sebatang tiang kemah, maka beliau membawanya dan berbaur dengan barisan kaum muslimin. Beliau memukul musuh-musuh Allah ke kanan ke kiri hingga dapat membunuh sembilan orang tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Hajar tentang beliau: “Dialah Asma` binti Yazid bin Sakan yang menyertai perang Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah, kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan tersebut.

Asma` keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena beliau wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan kepada umat.
Semoga Allah merahmati Asma` binti Yazid bin Sakan dan memuliakan dengan hadis yang telah beliau riwayatkan bagi kita, dan dengan pengorbanan yang telah beliau usahakn, dan telah beramal dengan sesuatu yang dapat dijadikan pelajaran bagi yang lain dalam mencurahkan segala kemampuan dan susah demi memperjuangkan al-Haq dan mengibarkan bendera hingga dien ini hanya bagi Allah.


 

Copyright 2006| Blogger Templates by GeckoandFly modified and converted to Blogger Beta by Blogcrowds.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.